World Diabetes Day yang diperingati setiap 14 November ini memiliki lembaran riwayat panjang yang melatarbelakanginya. Sejarah adanya hari ini diawali dengan ditemukannya penyakit yang ditandai dengan penderita yang sering kencing dalam jumlah yang banyak (Poliurial) serta penurunan berat badan yang cepat tanpa disertai rasa nyeri pada 1552 SM di Mesir
Kemudian pada tahun 400 SM, seorang penulis dari India bernama Sushratha menamakan penyakit tersebut dengan nama
penyakit kencing madu (honey urine
disease), sebelum akhirnya, Aretaeus pada tahun 200 SM menjadi
orang yang pertama kali memberi nama Diabetes
yang berarti “mengalir terus”, dan Mellitus yang
berarti “manis”.
Diabetes adalah
penyakit yang ditandai dengan kadar gula darah tinggi yang disebabkan oleh
gangguan pada sekresi insulin atau gangguan kerja insulin atau keduanya. Tubuh
pasien dengan diabetes mellitus tidak dapat memproduksi atau tidak dapat
merespon hormon insulin yang dihasilkan oleh organ pankreas. Sehingga kadar
gula darah meningkat dan dapat menyebabkan komplikasi jangka pendek maupun
jangka panjang pada penderita diabetes tersebut.
Penetapan 14 November sebagai World Diabetes Day disesuaikan
dengan hari kelahiran Sir Frederick Grant Banting (1891–1941) seorang peraih
penghargaan Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 1923 atas jasanya
yang berhasil mengembangkan insulin sehingga produksi insulin dan terapi
Diabetes dapat cepat menyebar ke seluruh dunia. Insulin tersebut kemudian
dikembangkan lagi pada tahun 1980 oleh perusahaan bioteknologi Genentech US.
Insulin diisolasi dari bakteri diubah secara genetik, yang menghasilkan
sejumlah besar insulin. Para ilmuwan kemudian memurnikan insulin dan mendistribusikannya
ke apotik untuk digunakan oleh pasien diabetes.
Kenaikan angka penderita diabetes
"Insulin does not belong to me, it belong to the world" |
Dari
tahun 1552 SM sampai saat ini, penderita diabetes terus naik. Terbukti pada
taun 2013 International Diabv netes Federation (IDF) mencatat bahwa jumlah penderita diabetes di seluruh dunia
meningkat mencapai 382 juta orang dan diperkirakan akan mencapai 592 juta orang
pada 2035. Di Indonesia sendiri, populasi penderita diabetes mellitus (DM)
hamenduduki peringkat kelima terbanyak di dunia. Hal ini diperkuat dengan data
IDF Diabetes Atlas, yang menyatakan bahwa pada tahun 2013 penderita DM di Tanah
Air mencapai 8.554.155 orang. Lebih ironisnya lagi pada tanggal 25 april 2015
kemarin, Prof. Dr. Achmad Rudijanto selaku Ketua Perkumpulan Endrokologi
Indonesia (Perkeni) mengatakan bahwa angka tersebut semakin naik pada tahun
2014 hingga mencapai 9,1 juta orang. Itu berarti Satu dari lima penderita
diabetes masih berumur dibawah 40 tahun, atau dengan kata lain penderita
diabetes diantara umur 20 hingga 39 tahun sebanyak 1.671.000 orang. Sedangkan
usia 40 hingga 59 tahun sebanyak 4.651.000 orang dan sisanya berusia 60 hingga
79 tahun.
Melihat
semakin meningkatnya jumlah penderita diabetes dan resiko yang bakal dialami,
maka sudah sepatutnya kita sadar bahwa gaya hidup sehat sangat
diperlukan. Gaya hidup sehat akan mengurangi resiko terjadinya penyakit
diabetes. Dan yang terpenting bagi semua orang bukan hanya bagi penderita,
harus mewaspadai secara dini gejala - gejala diabetes. Apalagi penyakit ini
terkadang datang secara diam-diam. Bahkan diabetes sering disebut orang sebagai
“The Silent Killer”. Inilah yang membuat diabetes menjadi sulit
teridentifikasi. Penderita diabetes tidak hanya orangtua tapi juga remaja dan
pemuda. Bahkan kabar terakhir mengatakan bahwa diabetes pun
kini semakin menurun atau semakin muda.
Presiden Persatuan Diabetes
Indonesia (Persadia) Profesor Sidartawan Soegondo mengatakan, kita harus
bertindak sekarang dengan mengenali faktor-faktor risiko diabetes dan
menyiapkan skrining untuk mendeteksi diabetes pada tahap awal.. Baik dari sisi
kemanusiaan maupun keuangan, beban akibat diabetes sangat besar. Dampak yang
terjadi pada penderita diabetes dan keluarganya, juga menjadi beban ekonomi
yang terus meningkat pada masyarakat. Menurut estimasi baru dari International
Diabetes Federation, diabetes akan menimbulkan biaya setidaknya US$ 1,2 juta
per tahun di Indonesia. Jika tidak diobati, diabetes dapat menyebabkan
komplikasi seperti serangan jantung, kebutaan, gagal ginjal dan kehilangan
organ tubuh.
Karena itu kita
berharap kepada pemerintah untuk selalu mengingatkan seluruh rakyat Indonesia
supaya menjalani pola hidup sehat. Sosialisasi tentang kesehatan terutama
menginformasikan gejala-gejala penyakit diabetes dan pencegahaan harus sering
dilakukan. Sebab masalah utama terus meningkatnya penderita diabetes di
Indonesia secara umum adalah karena masih rendahnya pengetahuan kesehatan (health
illiteracy) masayarakat kita. Masyarakat kita saat ini terpola dengan gaya
makan modern seperti kebiasan mengkonsumsi makan cepat saji, makanan rendah
serat dan makanan olahan yang umumnya mengandung pemanis buatan dalam jumlah
tinggi.
Disamping itu
kita harus menyadari juga upaya-upaya yang dilakukan pemerintah untuk
menyosialisasikan dan meminimalkan penderita diabetes, hendaknya juga didukung
oleh kepedulian masyarakat kita. Masyarakat diminta tidak menganggap remeh
penyakit diabetes. Pola makan dan gaya hidup sehat patut dan wajib
dilaksanakan. Biasakanlah untuk selalu mengecek kesehatan tubuh supaya
terhindar dari segala penyakit, terutama penyakit diabetes yang datang secara
diam - diam. Mari kita jadikan Momentum Hari Diabetes Sedunia tahun 2015 ini sebagai
bukti gerakan perubahan kita untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat
Indonesia.
Karena hal yang manis, tidak selalu berarti gula.
Mari, Sejawat. Kurangi gula, perbanyak senyum, ya.
Your Smile is not Only Yours :D
0 comments :
Posting Komentar