Sabtu, 14 November 2015

World Diabetes Day dan Riwayat Panjangnya


World Diabetes Day yang diperingati setiap 14 November ini memiliki lembaran riwayat panjang yang melatarbelakanginya. Sejarah adanya hari ini diawali dengan ditemukannya penyakit yang ditandai dengan penderita yang sering kencing dalam jumlah yang banyak (Poliurial) serta penurunan berat badan yang cepat tanpa disertai rasa nyeri pada 1552 SM di Mesir
Kemudian pada tahun 400 SM, seorang penulis  dari India bernama Sushratha menamakan penyakit tersebut dengan nama penyakit kencing madu (honey urine disease), sebelum akhirnya, Aretaeus pada tahun 200 SM menjadi orang yang pertama kali memberi nama Diabetes yang berarti “mengalir terus”, dan Mellitus yang berarti “manis”.
Diabetes adalah penyakit yang ditandai dengan kadar gula darah tinggi yang disebabkan oleh gangguan pada sekresi insulin atau gangguan kerja insulin atau keduanya. Tubuh pasien dengan diabetes mellitus tidak dapat memproduksi atau tidak dapat merespon hormon insulin yang dihasilkan oleh organ pankreas. Sehingga kadar gula darah meningkat dan dapat menyebabkan komplikasi jangka pendek maupun jangka panjang pada penderita diabetes tersebut.

"Insulin does not belong to me, it belong to the world"
Penetapan 14 November sebagai World Diabetes Day disesuaikan dengan hari kelahiran Sir Frederick Grant Banting (1891–1941) seorang peraih penghargaan Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 1923 atas jasanya yang berhasil mengembangkan insulin sehingga produksi insulin dan terapi Diabetes dapat cepat menyebar ke seluruh dunia. Insulin tersebut kemudian dikembangkan lagi pada tahun 1980 oleh perusahaan bioteknologi Genentech US. Insulin diisolasi dari bakteri diubah secara genetik, yang menghasilkan sejumlah besar insulin. Para ilmuwan kemudian memurnikan insulin dan mendistribusikannya ke apotik untuk digunakan oleh pasien diabetes.
Kenaikan angka penderita diabetes
Dari tahun 1552 SM sampai saat ini, penderita diabetes terus naik. Terbukti pada taun 2013 Interna­tional Diabv netes Fede­ration (IDF) mencatat bahwa jumlah penderita diabetes di seluruh dunia meningkat mencapai 382 juta orang dan diperkirakan akan mencapai 592 juta orang pada 2035. Di Indonesia sendiri, populasi penderita diabetes mellitus (DM) hamenduduki peringkat kelima terbanyak di dunia. Hal ini diperkuat dengan data IDF Diabetes Atlas, yang menyatakan bahwa pada tahun 2013 penderita DM di Tanah Air mencapai 8.554.155 orang. Lebih ironisnya lagi pada tanggal 25 april 2015 kemarin, Prof. Dr. Achmad Rudijanto selaku Ketua Perkumpulan Endrokologi Indonesia (Perkeni) mengatakan bahwa angka tersebut semakin naik pada tahun 2014 hingga mencapai 9,1 juta orang. Itu berarti Satu dari lima penderita diabetes masih berumur dibawah 40 tahun, atau dengan kata lain penderita diabetes diantara umur 20 hingga 39 tahun sebanyak 1.671.000 orang. Sedangkan usia 40 hingga 59 tahun sebanyak 4.651.000 orang dan sisanya berusia 60 hingga 79 tahun.
            Melihat semakin meningkatnya jumlah penderita diabetes dan resiko yang bakal dialami, maka sudah sepatutnya  kita sadar bahwa gaya hidup sehat sangat diperlukan. Gaya hidup sehat akan mengurangi resiko terjadinya penyakit diabetes. Dan yang terpenting bagi semua orang bukan hanya bagi penderita, harus mewaspadai secara dini gejala - gejala diabetes. Apalagi penyakit ini terkadang datang secara diam-diam. Bahkan diabetes sering disebut orang sebagai “The Silent Killer”. Inilah yang membuat diabetes menjadi sulit teridentifikasi. Penderita diabetes tidak hanya orangtua tapi juga remaja dan pemuda. Bahkan kabar terakhir mengatakan bahwa diabetes pun kini semakin menurun atau semakin muda.
Presiden Persatuan Diabetes Indonesia (Persadia) Profesor Sidartawan Soegondo mengatakan, kita harus bertindak sekarang dengan mengenali faktor-faktor risiko diabetes dan menyiapkan skrining untuk mendeteksi diabetes pada tahap awal.. Baik dari sisi kemanusiaan maupun keuangan, beban akibat diabetes sangat besar. Dampak yang terjadi pada penderita diabetes dan keluarganya, juga menjadi beban ekonomi yang terus meningkat pada masyarakat. Menurut estimasi baru dari International Diabetes Federation, diabetes akan menimbulkan biaya setidaknya US$ 1,2 juta per tahun di Indonesia. Jika tidak diobati, diabetes dapat menyebabkan komplikasi seperti serangan jantung, kebutaan, gagal ginjal dan kehilangan organ tubuh.
Karena itu kita berharap kepada pemerintah untuk selalu mengingatkan seluruh rakyat Indonesia supaya menjalani pola hidup sehat. Sosialisasi tentang kesehatan terutama menginformasikan gejala-gejala penyakit diabetes dan pencegahaan harus sering dilakukan. Sebab masalah utama  terus meningkatnya penderita diabetes di Indonesia secara umum adalah karena masih rendahnya pengetahuan kesehatan (health illiteracy) masayarakat kita. Masyarakat kita saat ini terpola dengan gaya makan modern seperti kebiasan mengkonsumsi makan cepat saji, makanan rendah serat dan makanan olahan yang umumnya mengandung pemanis buatan dalam jumlah tinggi.

Disamping itu kita harus menyadari juga upaya-upaya yang dilakukan pemerintah untuk menyosialisasikan dan meminimalkan penderita diabetes, hendaknya juga didukung oleh kepedulian masyarakat kita. Masyarakat diminta tidak menganggap remeh penyakit diabetes. Pola makan dan gaya hidup sehat patut dan wajib dilaksanakan. Biasakanlah untuk selalu mengecek kesehatan tubuh supaya terhindar dari segala penyakit, terutama penyakit diabetes yang datang secara diam - diam. Mari kita jadikan Momentum Hari Diabetes Sedunia tahun 2015 ini sebagai bukti gerakan perubahan kita untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia.
Karena hal yang manis, tidak selalu berarti gula.
Mari, Sejawat. Kurangi gula, perbanyak senyum, ya.

Your Smile is not Only Yours :D
    

0 comments :

Posting Komentar